Puasa Menurut Nu

Halo, selamat datang di menurutkami.site! Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan selalu dinantikan oleh umat Muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Di bulan suci ini, kita menjalankan ibadah puasa, menahan diri dari makan dan minum serta segala hal yang membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Sebagai warga Indonesia, kita tentu akrab dengan berbagai pandangan keagamaan yang ada, termasuk pandangan dari organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). NU memiliki pandangan tersendiri mengenai puasa yang didasarkan pada Al-Qur’an, Hadis, dan ijtihad para ulama.

Artikel ini akan membahas secara lengkap dan santai mengenai Puasa Menurut NU. Kami akan mengupas tuntas berbagai aspek, mulai dari definisi, syarat, rukun, hal-hal yang membatalkan, hingga amalan-amalan sunnah yang dianjurkan selama bulan Ramadhan menurut perspektif NU. Yuk, simak bersama!

Apa Sih Puasa Menurut NU Itu?

Puasa, dalam pandangan Nahdlatul Ulama, bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum. Lebih dari itu, puasa adalah sebuah latihan spiritual untuk membersihkan diri dari dosa, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan meningkatkan kualitas diri sebagai seorang Muslim.

NU mendefinisikan puasa sebagai ibadah yang dilakukan dengan menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan niat karena Allah SWT. Definisi ini sejalan dengan definisi puasa secara umum dalam ajaran Islam.

Namun, yang membedakan Puasa Menurut NU adalah penekanan pada adab dan akhlak selama menjalankan ibadah puasa. NU menekankan pentingnya menjaga lisan dari perkataan yang buruk, menjaga pandangan dari hal-hal yang haram, dan menjaga hati dari pikiran-pikiran negatif. Dengan kata lain, puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari segala sesuatu yang dapat merusak nilai-nilai puasa.

Syarat dan Rukun Puasa yang Perlu Kamu Tahu

Sama seperti ibadah lainnya, puasa juga memiliki syarat dan rukun yang harus dipenuhi agar sah. Berikut adalah syarat dan rukun puasa menurut NU:

  • Syarat Wajib Puasa: Islam, baligh (dewasa), berakal sehat, mampu berpuasa (tidak sakit), dan suci dari haid dan nifas bagi wanita.
  • Syarat Sah Puasa: Islam, tamyiz (dapat membedakan baik dan buruk), dan berniat puasa di malam hari.
  • Rukun Puasa: Niat (dilakukan di malam hari sebelum fajar) dan menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Hal-Hal yang Membatalkan Puasa Versi NU

NU memiliki pandangan yang cukup detail mengenai hal-hal yang membatalkan puasa. Beberapa di antaranya adalah:

  • Makan dan minum dengan sengaja.
  • Muntah dengan sengaja.
  • Melakukan hubungan suami istri di siang hari bulan Ramadhan.
  • Keluarnya air mani dengan sengaja (masturbasi).
  • Haid dan nifas bagi wanita.
  • Gila (hilang akal).
  • Murtad (keluar dari agama Islam).

Namun, ada beberapa hal yang tidak membatalkan puasa menurut NU, seperti:

  • Makan dan minum karena lupa.
  • Muntah tidak sengaja.
  • Berkumur-kumur atau mandi selama tidak menelan air.
  • Menelan ludah sendiri.
  • Menggunakan parfum atau minyak wangi.

Amalan Sunnah Saat Puasa Menurut NU: Bikin Ramadhan Makin Berkah

Selain menjalankan ibadah puasa wajib, NU juga menganjurkan umat Muslim untuk melakukan berbagai amalan sunnah selama bulan Ramadhan. Amalan-amalan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas ibadah puasa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Shalat Tarawih: Lebih dari Sekadar Shalat Malam

Shalat tarawih adalah salah satu amalan sunnah yang sangat dianjurkan selama bulan Ramadhan. NU sangat menekankan pentingnya shalat tarawih berjamaah di masjid. Meskipun boleh dilakukan sendiri di rumah, shalat tarawih berjamaah memiliki keutamaan yang lebih besar.

NU juga memiliki tradisi tersendiri dalam melaksanakan shalat tarawih, seperti membaca doa setelah setiap dua rakaat dan membaca shalawat di antara rakaat. Tradisi ini bertujuan untuk menambah kekhusyukan dalam melaksanakan shalat tarawih.

Memperbanyak Membaca Al-Qur’an: Khatamkan Selama Ramadhan!

Membaca Al-Qur’an adalah amalan sunnah yang sangat dianjurkan selama bulan Ramadhan. NU menganjurkan umat Muslim untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an, baik secara individu maupun secara berjamaah. Bahkan, NU menganjurkan umat Muslim untuk berusaha mengkhatamkan Al-Qur’an selama bulan Ramadhan.

Selain membaca, NU juga menekankan pentingnya memahami makna dan kandungan Al-Qur’an. Dengan memahami makna Al-Qur’an, kita dapat lebih menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya.

Bersedekah: Raih Pahala Berlipat Ganda

Bersedekah adalah amalan sunnah yang sangat dianjurkan selama bulan Ramadhan. NU menganjurkan umat Muslim untuk bersedekah kepada orang-orang yang membutuhkan, terutama kepada fakir miskin dan anak yatim.

NU juga menekankan pentingnya memberikan sedekah secara ikhlas dan tanpa mengharapkan imbalan. Dengan bersedekah, kita dapat membantu meringankan beban orang lain dan mendapatkan pahala yang berlipat ganda di bulan Ramadhan.

I’tikaf: Menyendiri untuk Mendekatkan Diri

I’tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan tujuan untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. NU menganjurkan umat Muslim untuk melakukan i’tikaf, terutama pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

Selama i’tikaf, kita dapat memperbanyak membaca Al-Qur’an, berdzikir, berdoa, dan melakukan ibadah-ibadah lainnya. I’tikaf merupakan kesempatan yang baik untuk merenungkan diri, membersihkan hati, dan meningkatkan kualitas spiritual kita.

Perbedaan Pendapat tentang Puasa dalam NU: Tetap Santai dan Toleran

Dalam NU, terdapat beberapa perbedaan pendapat mengenai beberapa masalah terkait puasa. Perbedaan ini wajar terjadi karena perbedaan penafsiran terhadap dalil-dalil agama. Namun, NU selalu menekankan pentingnya toleransi dan saling menghormati perbedaan pendapat.

Hukum Menggunakan Pasta Gigi Saat Puasa

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama NU mengenai hukum menggunakan pasta gigi saat puasa. Sebagian ulama berpendapat bahwa menggunakan pasta gigi saat puasa makruh (tidak disukai), karena khawatir ada pasta gigi yang tertelan. Namun, sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa menggunakan pasta gigi saat puasa tidak membatalkan puasa, asalkan tidak ada pasta gigi yang tertelan.

NU menyarankan umat Muslim untuk berhati-hati dalam menggunakan pasta gigi saat puasa. Sebaiknya menggunakan pasta gigi secukupnya dan berkumur-kumur dengan air yang banyak setelah menggosok gigi.

Hukum Menelan Dahak Saat Puasa

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama NU mengenai hukum menelan dahak saat puasa. Sebagian ulama berpendapat bahwa menelan dahak saat puasa membatalkan puasa, karena dahak dianggap sebagai benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Namun, sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa menelan dahak saat puasa tidak membatalkan puasa, asalkan dahak tersebut tidak sengaja ditelan.

NU menyarankan umat Muslim untuk berusaha mengeluarkan dahak dari mulut sebisa mungkin. Jika tidak bisa dikeluarkan, maka tidak mengapa jika tertelan, asalkan tidak sengaja ditelan.

Hukum Wanita Haid Mengikuti Kajian Agama

Mayoritas Ulama NU membolehkan wanita haid mengikuti kajian agama di masjid, asalkan tidak memasuki area shalat. Wanita haid tetap bisa mendapatkan ilmu dan keberkahan dengan mendengarkan kajian dari luar area shalat.

Tabel Rincian Penting: Informasi Cepat dan Mudah

Berikut adalah tabel yang merangkum informasi penting terkait dengan Puasa Menurut NU:

Aspek Penjelasan
Definisi Menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan niat karena Allah SWT.
Syarat Wajib Islam, baligh, berakal sehat, mampu berpuasa, suci dari haid dan nifas bagi wanita.
Syarat Sah Islam, tamyiz, berniat puasa di malam hari.
Rukun Niat dan menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa.
Hal Membatalkan Makan/minum sengaja, muntah sengaja, hubungan suami istri, keluar air mani sengaja, haid/nifas, gila, murtad.
Amalan Sunnah Shalat tarawih, membaca Al-Qur’an, bersedekah, i’tikaf.
Perbedaan Pendapat Pasta gigi saat puasa (makruh/tidak batal), menelan dahak saat puasa (batal/tidak batal).
Toleransi Sangat ditekankan dalam menyikapi perbedaan pendapat.

Kesimpulan: Puasa Menurut NU, Ibadah yang Menyenangkan dan Penuh Makna

Puasa Menurut NU bukan hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum. Lebih dari itu, puasa adalah sebuah perjalanan spiritual untuk membersihkan diri, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan meningkatkan kualitas diri sebagai seorang Muslim.

Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda dalam memahami Puasa Menurut NU secara lebih mendalam. Jangan ragu untuk mengunjungi menurutkami.site lagi untuk mendapatkan informasi menarik lainnya seputar agama Islam dan kehidupan sehari-hari. Selamat menjalankan ibadah puasa!

FAQ: Tanya Jawab Seputar Puasa Menurut NU

  1. Apa hukumnya jika lupa membaca niat puasa? Jika lupa membaca niat puasa di malam hari, maka puasa tidak sah menurut NU. Sebaiknya membaca niat puasa setiap malam sebelum tidur.

  2. Apakah boleh makan sahur setelah imsak? Tidak boleh. Imsak adalah waktu peringatan sebelum masuk waktu subuh. Setelah imsak, kita harus sudah berhenti makan dan minum.

  3. Apakah membatalkan puasa jika tidak sengaja menelan air saat wudhu? Tidak membatalkan, asalkan tidak sengaja. Usahakan untuk berkumur-kumur dengan hati-hati.

  4. Bolehkah berbohong saat puasa? Berbohong adalah perbuatan dosa dan sangat tidak dianjurkan, terutama saat puasa. Berbohong dapat mengurangi pahala puasa.

  5. Apakah boleh marah-marah saat puasa? Marah-marah dapat mengurangi pahala puasa. Sebaiknya menahan diri dari amarah dan berusaha untuk bersabar.

  6. Apa hukumnya bergosip saat puasa? Bergosip adalah perbuatan dosa dan sangat tidak dianjurkan, terutama saat puasa. Bergosip dapat membatalkan pahala puasa.

  7. Apakah boleh menggunakan parfum saat puasa? Boleh, menggunakan parfum tidak membatalkan puasa.

  8. Apa hukumnya jika tidak sengaja makan saat puasa? Jika tidak sengaja makan saat puasa, maka puasa tidak batal. Lanjutkan puasa Anda.

  9. Apakah boleh tidur sepanjang hari saat puasa? Tidur sepanjang hari dapat mengurangi pahala puasa. Sebaiknya mengisi waktu puasa dengan kegiatan yang bermanfaat.

  10. Apa hukumnya menonton film atau mendengarkan musik saat puasa? Hukumnya mubah (boleh), asalkan film atau musik tersebut tidak mengandung unsur-unsur yang haram.

  11. Apakah boleh mengganti puasa Ramadhan di bulan Syawal? Boleh, mengganti puasa Ramadhan (qadha) bisa dilakukan di bulan Syawal atau bulan-bulan lainnya sebelum Ramadhan berikutnya.

  12. Bagaimana jika seseorang sakit dan tidak bisa berpuasa? Jika seseorang sakit dan tidak bisa berpuasa, maka ia wajib mengganti puasanya (qadha) setelah sembuh. Jika tidak mampu mengganti puasanya, maka ia wajib membayar fidyah (memberi makan orang miskin).

  13. Apa itu fidyah dan bagaimana cara membayarnya? Fidyah adalah denda yang wajib dibayarkan oleh orang yang tidak mampu mengganti puasa Ramadhan karena sakit atau alasan lainnya. Cara membayarnya adalah dengan memberi makan satu orang miskin untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan. Ukuran makanan yang diberikan adalah satu mud (sekitar 0,6 kg beras).